Sabtu, 17 Mei 2014

dapus dasgro

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2010. Pupuk pada Tanaman. http://www.kebonkembang.com/serba-serbi-      rubrik-44/178-pupuk-            kontroversi-seputar-pupuk-a-pemupukan-tanaman.html. Diakses pada hari Minggu tanggal 25 mei 2013 pukul 11.00 WIB.
Anonim 2012. Kedalaman Efektif Tanah. http://www. balikpapan.go.id /index
            .php?. diakses pada tanggal 26 mei 2013 pukul 13.00 WIB.
Foth Henry D 2006. Fundamentals of Soil Science, Sixth Edition. Erlangga. Jakarta.
Hidajat  A 2000. Pedoman Bertani di Rumah Kaca. Vol V. Erlangga. Jakarta.
Santoso Bambang B Bambang dan  S Purwoko. 2008. Pertumbuhan Bibit Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) pada Berbagai Kedalaman dan Posisi Tanam Benih. Bul. Agron. (36) (1) 70 – 77 (2008).
Sugiyono 2005. Perkembangan Bibit Dan Lingkungannya. Intan Pariwara Pustaka. Jakarta.
Sutanto Rachman 2002. Pertanian organik: Menuju Pertanian Alternatif dan Berkelanjutan. Jakarta. Kanisius.













DAFTAR PUSTAKA

Anonima 2010. Budi Daya Sawi Putih. www.sinartani.pdf. Diakses pada tanggal 05 Juni 2013.
Anonimb 2010. Panduan Menanam Sawi. www.organikpro.com/files/Sawi-Panduan_Menanam.pdf. Diakses pada tanggal 05 Juni 2013.
Marsono PL 2008. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Bogor.
Nusifera S 1995. Respons Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) Terhadap Pupuk Daum Nutra-phos N dengan Konsentrasi Bervariasi. Jurnal Agronomi 8(1): 27-29.
Prihmantoro H 2007. Memupuk Tanaman Sayuran. Penebar Swadaya. Bogor.
Temewu P dan Kapugu LB 2009. Pertumbuhan Gulma Teki Akibat Pemupukan Nitrogen pada Budidaya Tanaman Sawi di Desa Modayag. Jurnal Soil Envirinmen 7(1): 2.
Widiastuti S 2007. Bertanam Tanpa Tanah. Musi Perkasa Utama. Jakarta.


















DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2009. http://digilib.unila.ac.id/go.php?id=laptunilapp-gdl-res-2007-nenihasnun-923 Diakses pada hari Rabu tanggal 22 Juni 2011 pada pukul        20.00   WIB.
Anonim 2010. Teknik Pemangkasan http://www.tanindo.com/abdi2/hal0901.htm.   Diakses pada hari Rabu tanggal 22 Juni 2011 pada pukul 20.00 WIB.
Elliott E T  2004. Media Tanam. Jurnal Natur Indonesia 6(2): 127-133 (2004).
Satsijah. 2008. Pengaruh pemangkasan dan Aplikasi Cycosel Terhadap Hasil         Bunga. UGM Press. Yogyakarta.
Sutomo Hadi 2005. Pedoman Bertanam Sayuran Dataran Rendah. UGM Press.    Yogyakarta.
Wilkins S 2004. College Botany. University Of New York. New York
Zulkifli Hasan 2001. Pedoman Bertanam Sayuran. UGM Press. Yogyakarta.


















DAFTAR PUSTAKA

Ashari 2005. Kecocokan Aspek Budidaya. Jurnal Agromet 8(1):32-40.
Fuller H J 2005. College Botany. Henry Holt and Co. New York.
Hanoto W 2000. Pengaruh Batang Bawah dan Zat Pengatur Tumbuhan Terhadap Tumbuhan Penyambungan Tanaman Manggis (Garcinia mangostana L.). Jurnal Agrotropikal.5(1) : 1-4.
Harjadi 2000. Analisis Aspek Agronomi. Cetakan ketiga belas. Bumi Aksara. Jakarta.
Prastowo 2006. Teknik Pertumbuhan dan Perbanyakan Vegetatif Pada Penyambungan. Jurnal Agronomi 3(1) : 26-38.
Purwaningsih 2003. Teknik Okulasi. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 98 hal.
Supriyanto 2001. Dasar – dasar Grafting pada tanaman. Jurnal Ilmu Pertanian
           10(2):17-25.


















DAFTAR PUSTAKA

Anonim 1985.Pembiakan Dengan Stek.www.google.com. Diakses pada hari minggu tanggal 2 Juni 2013 pukul 13.40 WIB
Abidin Zaenal 1983. Dasar-dasar Pengetahuan Tentang Zat Pengatur Tumbuhan. Angkasa. Bandung
Danu dan Nurhasybi 2007. Teknik Perbanyakan Vegetatif.Jurnal Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan. Info Teknis Vol. 5. Diakses pada hari Minggu tanggal 2  Juni 2013 pukul 14.05 WIB
Hartini 2001. Pembiakan Vegetatif . Gramedia. Jakarta
Hasan Basri Jumin 2002. Dasar-dasar Agronomi. Edisi Revisi. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Rukmana R 2012. Bugenvil. Cetakan ke 13. Kanisius. Jakarta
Wudianto 1988. Pengertian Stek. Jurnal Tentang Pembiakan Dengan Stek.Vol. VI No. 2. Diakses pada hari minggu tanggal 2 Juni 2013 pukul 09.35 WIB















dasgro acra 5

V.      PEMBIAKAN DENGAN STEK
A.      Pendahuluan
1.         Latar Belakang
Berbiak adalah suatu tanda kehidupan sama seperti halnya bertumbuh. Pada dasarnya pembiakan terkandung prinsip “pertambahan jumlah”, sedangkan pertumbuhan terkandung prinsip pertambahan besar (volume). Pembiakan dan pertumbuhan adalah proses-proses yang sangat erat berhubungan, tetapi terkadang batas antara kedua pengertian itu kabur.
Stek berasal dari kata stuk (Bahasa Belanda) dan cuttage (Bahasa Inggris) yang artinya potongan. Sesuai dengan artinya bahwa stek merupakan menanam potongan tanaman induk kedalam media, agar tumbuh menjadi tanaman baru.Stek adalah salah satu cara pembiakan tanaman tanpa melalui proses penyerbukan tetapi dengan jalan pemotongan batang, cabang, akar muda, pucuk, atau daun dan menumbuhkannya dalam media padat atau cair sebelum dilakukan penyapihan.Cara ini dilakukan untuk membuat variasi dari yang sederhana sampai rumit. Tanaman yang dihasilkan dari stek biasanya mempunyai sifat persamaan dalam umur, ukuran tinggi, ketahanan terhadap penyakit dan sifat-sifat lainnya. Disesuaikan terhadap faktor jenis tanaman, waktu perbanyakan, dan ketrampilan pekerja.
Tipe-tipe stek yaitu stek batang, stek daun, dan stek akar. Pada praktikum ini menggunakan dengan stek batang. Tipe ini paling umum dipakai dalam bidang kehutanan. Pembiakan tanaman dengan menggunakan bagian batang yang dipisahkan dari induknya, sehingga menghasilkan tanaman yang sempurna. Stek batang sebaiknya diambil dari bagian tanaman ortotrof sehingga diharapkan dapat membentuk suatu batang yang pokok dan lurus keatas.
Perbanyakan tanaman yang dilakukan pada praktikum ini adalah dengan menggunakan perkembangbiakan  secara vegetatif. Perbanyakan ini biasanya menggunakan bagian-bagian batang, ranting, akar, pucuk daun, umbi dan akar. Perbanyakan stek secara vegetatif tidak memerlukan teknis yang rumit. Keunggulannya yaitu dapat menghasilkan tanaman baru dalam jumlah yang banyak walaupun bahan tanaman yang tersedia terbatas dan dapat menghasilkan tanaman yang sifatnya sama dengan induknya, selain itu tanaman lebih cepat berbunga dan berbuah. Terdapat kelemahan dari perbanyakan stek secara vegetatif yaitu membutuhkan pohon induk yang lebih besar dan lebih banyak, sehingga membutuhkan biaya yang banyak.  Selain hal tersebut juga  tidak semua tanaman dapat diperbanyak dengan cara stek, dan tingkat keberhasilannya sangat rendah, terlebih jika dilakukan oleh hobiss atau penangkar pemula.
Perbanyakan dengan stek umumnya dilakukan pada tanaman dikotil, pada monokotil masih jarang. Namun, pada beberapa tanaman seperti Asparagus dalam kondisi terkontrol dapat dilakukan. Pemberikan zat pengatur tumbuh (ZPT) pada bahan stek. dapat mendorong pertumbuhan akar. Dalam pemberian ZPT yang dipergunakan untuk meransang pembentukan akar, perlu memperhatikan konsentrasi yang digunakan.
2.         Tujuan Praktikum
Pada praktikum acara V yang mengenai pembiakan dengan stek bertujuan bahwa :
a.         Untuk mengetahui dan mempelajari teknik pembiakan vegetatif macam tanaman yang dapat dikembangbiakan dengan stek
b.        Untuk mengetahui dan mempelajari pertumbuhan stek yang berasal dari stek batang, murbei, bunga sepatu, dan bunga mawar atau bunga melati
B.       Tinjauan Pustaka
Faktor yang mempengaruhi keberhasilan stek berakar dan tumbuh baik adalah 1) Sumber bahan stek, 2) Perlakuan terhadap bahan stek. Hal yang perlu diperhatikan dalam perlakuan terhadap bahan stek adalah penggunaan jenis media. Berdasarkan pengalaman, pasir merupakan jenis media yang cocok bagi pertumbuhan awal stek. Pasir memiliki tekstur dan aerasi yang cocok bagi pertumbuhan akar, namun pasir tidak memiliki kandungan unsur hara yang diperlukan bagi pertumbuhan lanjutan sehingga harus dilakukan penyapihan sampai bibit siap tanam. Untuk itu perlu dicari media lain sebagai pengganti pasir yang memiliki aerasi yang baik juga mengandung unsur hara yang dibutuhkan bibit, sehingga dalam pembuatan bibit dapat dilakukan langsung tanpa perlu penyapihan salah satunya adalah kompos A. Mangium (Danu dan Nurhasybi 2007).
Bahwa untuk keluarnya akar adventif secara fisiologi adalah interaksi dari berbagai hormon. Akar juga merupakan sink dan akar yang sedang tumbuh mempunyai sink strength yang tinggi,  untuk  penarikan karbohidrat kebawah  dalam  proses penutupan luka dan inisiasi akar. Daun yang telah ada pada waktu penyetekan dapat merupakan tempat terjadinya  fotosintesis, sehingga adalah sumber fotosintat bagi akar (Hartini 2001).
Usaha untuk memperbanyak jenis dan mempertahankan kelestarian jenis tanaman perlu, dilakukan pembiakan tanaman. Pembiakan tanaman dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu cara pembiakan tak kawin (vegetatif) dan pembiakan kawin (generatif). Pembiakan tak kawin berlangsung dengan cara pelepasan organ vegetatif dari tumbuhan induknya yang kemudian tumbuh menjadi individu baru. Cara pembiakan tak kawin ini berlangsung tanpa perubahan susunanan kromosom, sehingga sifat yang diturunkan sama dengan sifat induknya. Yang termasuk pembiakan vegetatif antara lain okulasi, stek, cangkok, sambung, graffting (Jumin 2002).
Reproduksi vegetative secara buatan adalah terjadinya individu baru(tanaman baru) karena tindakan manusia. Perbanyakan tanaman dengan stek merupakan cara pembiakan tanaman yang sederhana, cepat dan tidak memerlukan teknik tertentu (Rukmana 2012).
Mendefinisikan stek sebagai suatu perlakuan pemisahan, pemotongan beberapa bagian tanaman (akar, batang, daun dan tunas) dengan tujuan agar bagian-bagian itu membentuk akar. Dengan dasar itu maka muncullah istilah stek akar, stek batang, stek daun, dan sebagainya. Definisi lain dari stek adalah salah satu cara pembiakan tanaman tanpa melalui proses penyerbukan (generatif) tetapi dengan jalan pemotongan batang, cabang, akar muda, pucuk, atau daun dan menumbuhkannya dalam media padat atau cair sebelum dilakukan penyapihan (Wudianto 1988).    
Zat pengatur tumbuh yang paling berperan pada pengakaran stek adalah Auksin. Auksin yang biasa dikenal yaitu indole-3-aceticacid (IAA), indolebutyric acid (IBA) dan nepthaleneacetic acid (NAA). IBA dan NAA bersifat lebih efektif dibandingkan IAA yang meruapakan auksin alami, sedangkan zat pengatur tumbuh yang paling berperan dalam pembentukan tunas adalah sitokinin yang terdiri atas zeatin, zeatin riboside, kinetin, isopentenyl adenin (ZIP), thidiazurron (TBZ), dan benzyladenine (BA atau BAP). Selain auksin absisic acid (ABA) juga berperan penting dalam pengakaran stek. Faktor intern yang paling penting dalam mempengaruhi regenerasi akar dan pucuk pada stek adalah faktor genetik (Zaenal 2001).
C.      Metode Praktikum
1.         Waktu dan Tempat Praktikum
Pada praktikum tentang pembiakan dengan stek dilaksanakan pada hari selasa 30 April 2013 pukul 13.30-17.00 WIB di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret.
2.         Alat dan Bahan
a.         Polybag
b.        Media tanam
c.         Ember
d.        Batang tanaman melati
e.         ZPT (Zat Pengatur Tumbuh)
3.         Cara Kerja
a.         Menyiapkan media tanam (kompos dengan tanah)
b.        Mencampurkan kompos dan tanah dengan perbandingan 2:1
c.         Memasukkan media tanam pada polybag kemudian membasahi dengan air secukupnya
d.        Memotong batang tanaman melati dengan ukuran panjang sekitar 20 sampai 30 cm lalu mengolesinya dengan ratoon-F atau root-Up
e.         Menanamkan pada media yang sudah dilubangi dengan jari atau kayu dan menyirami dengan air setiap hari
D.      Hasil Pengamatan dan Pembahasan
1.         Hasil Pengamatan
Tabel 5.1 Pengamatan Pembiakan Stek
Jenis Tanaman
Perlakuan
Parameter Pengamatan

Tanah
Kompos
Jumlah daun
Jumlah akar
Jumlah tunas
Melati
2
1
0
0
0
Sumber: Hasil Pengamatan
2.         Pembahasan
Pada praktikum acara V mengenai pembiakan dengan stek. Pembiakan dengan stek merupakan proses penyambungan potongan tanaman induk kedalam media supaya tumbuh menjadi tanaman baru. Percobaan ini lebih difokuskan pada perbanyakan vegetatif. Perbanyakan tanaman secara vegetatif merupakan cara perkembangbiakan tanaman dengan memanfaatkan bagian tanaman, seperti batang, cabang, pucuk daun, umbi, dan akar. Tujuannya untuk menghasilkan tanaman baru dengan spesifikasi tanaman yang persis sama dengan induknya.
Adapun aspek yang menunjukkan keberhasilan pembiakan stek dengan cara perbanyakan vegetatif ditandai oleh terjadinya regenerasi akar dan pucuk pada bahan stek sehingga menjadi tanaman baru yang true to name dan true to type. Regenerasi akar dan pucuk dipengaruhi oleh faktor internal tanaman itu sendiri dan faktor eksternal atau lingkungan. Salah satu faktor internal yang mempengaruhi regenerasi akar dan pucuk adalah fitohormon yang berfungsi sebagai zat pengatur tumbuh.
Percobaan yang dilakukan langkah pertama yaitu menyiapkan media tanam dengan perbandingan tanah dan kompos yaitu 2:1 yang ditempatkan pada polybag, kemudian membasahinya dengan air yang secukupnya. Memotong masing-masing bahan tanam kurang lebih sekitar 20 – 30 cm, lalu mengolesinya dengan ratoon-F atau root-Up. Menanamkan batang pada media setelah membuatkannya lubang tanam dengan jari atau kayu dan menyirami dengan air setiap hari.
Pada percobaan yang dilakukan oleh praktikan, hasil yang diperoleh yaitu mengalami kematian. Batang tanaman yang direndam dengan menggunakan ratoon-F  tersebut, tidak menghasilkan tunas, akar, maupun daun. Hal yang sama dengan batang tanaman yang tidak direndam kedalam ratoon-F. Fungsi dari ratoon-F tersebut yaitu untuk merangsang pertumbuhan pada akar.
Ratoon-F dengan merangsang pertumbuhan akar, daun, tunas pada tanaman yang sedang distek. Hasil percobaan ini tidak ada pengaruhnya sama sekali. Perkembangan pertumbuhan dari bagian pucuk, tengah, dan pangkalnya yang seharusnya ada hasil, melainkan ini tidak tumbuh dan tidak sesuai dengan penyataan tersebut.
Penyebab dari hal ini kemungkinan waktu perendaman tanaman yang direndam dengan menggunakan ratoon-F kurang lama, bisa juga waktu penyiramannya tidak teratur, komposisi pada media tanamnya kemungkinan kurang sesuai dengan ketentuannya, bahkan kemungkinan pada kelembapan dan suhu dalam rumah kaca yang tidak stabil. Cara penanamannya, terlalu dalam, sehingga sulit untuk tumbuh berkembang secara cepat. Hal tersebut mengakibatkan batang tanaman stek tidak dapat bertumbuh dengan baik.
Adapun kemungkinan yang bisa terjadi, ysitu pada faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internalnya antara lain dari awal pemotongan batang tanaman terjadi kesalahan, batangnya tidak mengalami kriteria yang buruk seperti agak membusuk atau kurang segar. Sedangkan dalam faktor eksternal yaitu pada lingkungan tempat penanaman terdapat serangga, gulma, dan lain-lain. Suhu pada tempat penanaman mungkin masih kurang baik. Cuaca juga bisa jadi salah satu faktor penyebab pembiakan dengan stek mengalami kegagalan.
E.       Kesimpulan dan Saran
1.         Kesimpulan
Praktikum yang sudah dilakukan tentang percobaan  pembiakan dengan  stek dapat diambil kesimpulan bahwa :
a.         Tipe-tipe stek yaitu stek batang, stek akar, dan stek daun
b.        Stek batang diambil dari bagian tanaman ortotrof
c.         Hasil percobaan pembiakan dengan stek batang mengalami kegagalan
d.        Media tanam menggunakan tanah dan kompos dengan perbandingan 2:1
e.         Menggunakan ratoon-F atau root-up untuk merangsang pertumbuhan akar, daun, dan tunas
2.      Saran
Saran yang dapat disampaikan yaitu :
a.         Sebaiknya Co.Ass lebih menjelaskan secara detail pada saat praktikum
b.        Praktikan lebih  berhati-hati dalam proses praktikum yang sedang berlangsung dilakukan








dasgro acra 4

IV. PENYAMBUNGAN TANAMAN
A.      Pendahuluan
1.         Latar Belakang
Penyambungan adalah menempelkan atau menyambung bagian tanaman ke bagian lainnya sehingga tercapainya persenyawaan yang membentuk tanaman baru. Seperti halnya pembiakan vegetatif lainnya, menyambung tidak mengubah susunan genetik tanaman baru dan sama dengan tanaman induk. Menyambung ditujukan untuk memperoleh tanaman yang cepat berbuah, memperbaiki bagian tanaman yang rusak dan untuk memperbaiki sifat batang atas.
Salah  satu cara perbanyakan secara vegetatif adalah menyambung. Prinsip dasar dalam menyambung adalah menyambungkan batang  bawah dengan batang atas dari tanaman lain yang sejenis, sehingga akan diperoleh tanaman baru yang sifatnya lebih unggul. Dalam penyambungan harus diperhatikan tanaman yang akan disambungkan, haus diketahui batang yang baik untuk batang bawah dan batang atas. Batang bawah berasal dari tanaman yang mempunyai sifat-sifat perakaran yang baik, anatara lain: tahan terhadap serangan hama dan penyakit, tahan terhadap sifat-sifat tanah serta keadaan air tanah tertentu yang buruk, dan sebagainya. Sedang batang atas diambil dari tanaman yang mempunyai sifat-sifat hasil yang diinginkan.
Penyambungan ada dua macam yaitu ‘Grafting’ dan ‘Budding’. Grafting adalah penyatuan antara batang (sepotong cabang dengan dua atau tiga mata tunas vegetatif) dengan batang yang terpisah atau dengan bagian pangkal akar yang terpisah untuk tumbuh bersama-sama membentuk satu individu baru. Sedangkan budding adalah bentuk grafting yang khas karena hanya satu tunas (budding) digunakan sebagai batang atas dan disisipkan di bawah kulit dari batang bawah. Budding lebih dikenal dengan okulasi atau penempelan. Dalam acara penyambungan tanaman ini teknik yang digunakan adalah grafting dan budding sedangkan tanaman yang digunakan adalah tanaman kamboja atau adenium.
Acara penyambungan tanaman ini teknik yang digunakan adalah grafting dan budding sedangkan tanaman yang digunakan adalah tanaman kamboja atau adenium. Dengan adanya acara ini diharapakan teori yang sudah didapat pada saat kuliah dapat dipraktikan dan diterapkan.
2.         Tujuan Praktikum
Pada praktikum acara IV tentang penyambungan tanaman ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh cara penyambungan tanaman.
B.       Tinjauan Pustaka
Salah satu faktor yang penting dan perlu diperhatikan pada saat penyambungan atau grafting, salah satunya adalah ukuran diameter batang dari kedua ketela pohon yang akan disambung. Di dalam pemilihan diameter batang keduanya harus berukuran sama atau mendekati sama, yang terpenting jangan sampai terdapat selisih yang besar pada ukuran tersebut. Pemilihan mata tunas saat budding harus tepat agar mata tunas tersebut bersenyawa dengan bidang keratan dan tumbuh dengan baik (Fuller 2005).
Keberhasilan teknik penyambungan sangat dipengaruhi oleh kompatibilitas antara dua jenis tanaman yang disambung. Pada umunya semakin dekat keakraban anatar dua tanaman yang disambung maka kecepatan pertumbuhan batang atas dan presentasi keberhasilan dari penyambungan ditentukan pula oleh kecepatan terjadinya pertautan antara batang atas dan batang bawah. Pertautan ini akan ditentukan oleh proses pembelahan sel pada bagian yang akan bertautan (Hanoto 2000).
Dalam melakukan grafting, perlu diperhatikan polaritas batang atas dan batang bawah. Untuk batang atas bagian dasar entris atau mata tunas harus disambungkan dengan bagian atas batang bawah. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam penyambungan adalah kompabilitas. Pengertian kompabilitas adalah kemampuan dua jenis tanaman yang disambung untuk menjadi satu tanaman baru. Bahan tanaman yang disambung akan menghasilkan prosentase kompabilitas tinggi jika masih dalam satu spesies atau satu klon, atau bahkan satu famili, tergantung jenis tanaman masing-masing (Ashari 2005).
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan grafting antara lain adalah jenis tanaman yang akan disambung, pemenuhan air pada tanaman, pemenuhan kebutuhan sinar matahari, pada waktu penyambungan harus memakai pisau yang tajam dan steril, cara mengikat harus benar, sambungan tidak boleh kemasukan air. Dan alat-alat yang digunakan bersih dari hama dan penyakit. Apabila salah satu dari hal – hal yang diatas tidak dilakukan dengan baik maka penyambungan yang dilakukan tidak akan berhasil atau tidak sempurna (Harjadi 2000).
Faktor lain yang juga berpengaruh adalah cara pengikatan persambungan batang. Pengikatan yang kurang baik yaitu kurang kuat akan  mengakibatkan perkembangan/pertumbuhan kambium dalam batang tidak baik sehingga  persambungan tersebut tidak akan menumbuhkan tunas. Dan mengakibatkan kedua batang tidak akan melekat sehingga batang atas dan batang bawah tidak dapat bersatu. Suatu pengikatan yang baik adalah jika ikatan itu kuat antara batang atas dan batang bawah sehingga pada pertumbuhan tersebut tidak mengalami pergesaran tempat supaya kambiumnya dapat berkembang dengan baik (Prastowo 2006).
Kecocokan antara batang bawah dan batang atas adalah syarat utama untuk mendapatkan bibit dengan pertumbuhan yang baik. Ada beberapa tingkat ketidakcocokan pada penyambungan batang bawah dan batang atas. Pertama adalah ketidakcocokan pada penyambungan itu sama sekali tidak cocok, dalam artian sambungan tidak pernah bertaut atau saling bertolak. Ataupun batang atas dan batang bawah saling bertaut tetapi tidak sempurna sehingga pertumbuhan bibit tidak sempurna atau tersendat – sendat                  (Purwaningsih 2003).  
 Kelebihan dari metoda grafting antara lain, tidak adanya bekas luka yang menandakan kalau entress yang kita graftingkan adalah graftingan. Akan bagus bila diterapkan pada penambahan cabang untuk pembentukan bonsai yang kita bentuk, misalnya untuk mengisi kekosongan ruang pada dimensi bonsai atau untuk sekedar menambahkan anak cabang, sehingga memiliki percabangan yang lebih banyak sesuai dengan yang kita inginkan (Supriyanto 2001).
C.      Metode Praktikum
1.         Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum acara IV “Penyambungan Tanaman” ini dilakukan pada tanggal 15 Mei 2013 di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2.         Alat dan Bahan
a.         Alat
1)      Pisau Okulasi
2)      Gunting
3)      Tali rafia atau plastik
b.        Bahan
1)      Polibag
2)      Media Tanam
3)      2 Tanaman kamboja atau adenium yang berjenis sama
3.         Cara Kerja
a.         Menyiapkan media tanam pada polybag dan membasahi dengan air secukupnya.
b.        Membuat bentuk irisan untuk batang bawah.
c.         Membuat bentuk irisan untuk batang atas.
d.        Menyambungkan batang bawah dan batang atas sesuai bentuk irisannya.
e.         Mengikat dengan tali raffia atau plastik pada bidang sambungan yang telah dilekatkan.
f.         Memelihara tanaman hasil penyambungan.


D.      Hasil Pengamatan dan Pembahasan
1.         Hasil Pengamatan
Tabel 4.1 Pengamatan Tingkat Keberhasilan Penyambungan
Komoditas
Minggu Ke-
1
2
3
4
Adenium
Belum ada perubahan
Daun mulai mengering
Daun mulai rontok
Batang membusuk




Sumber : Hasil Pengamatan
                      
    Gambar 4.1 Sesudah penyambungan
2.         Pembahasan
Penyambungan adalah penyatuan antara batang atas (sepotong cabang dengan dua atau tiga tunas vegetatif) dengan batang bawah sehingga gabungan ini bersama-sama membentuk individu yang baru. Batang bawah sering juga disebut stock atau root stock atau bahasa belandanya onder stam. Ciri dari batang ini adalah batang masih dilengkapi dengan akar, sedangkan batang atas yang disambungkan sering disebut entris atau scion. Batang atas dapat berupa potongan  batang atau bisa juga cabang pohon induk, kadang-kadang untuk penyambungan ini memerlukan batang perantara (Inter-Stock).  Batang bawah yang digunakan berasal dari tanaman yang memiliki akar yang kuat sedangkan batang atas berasal dari tanaman yang mempunyai sifat-sifat hasil yang diinginkan.Agar batang atas dan batang bawah bisa terus merupakan perpaduan yang kekal, maka sebaiknya dipilih batang atas dan batang bawah yang masih mempunyai hubungan keluarga yang dekat.
Fungsi penyambungan yaitu memperbanyak tanaman yang kita lakukan misalnya saja kamboja. Penyambungan tidak memperbanyak jenis tanaman tetapi memperbanyak jumlah tanaman itu sendiri. Beberapa penyebab kegagalan dalam penyambungan lain yaitu : Terlalu lama proses penyambungan, sehingga kambium telah mengering.  Kelembapan yang berlebihan atau terkena air langsung saat proses penyambungan. Alat pemotong atau pisau cater tidak bersih (steril) atau alat pemotong atau pisau cater tumpul (tidak tajam) sehingga menyebabkan guratan serabut yang menyebabkan kambium sulit bersatu (menempel). Pengikatan sambungan terlalu kencang, sehingga menyebabkan metabolisme tanaman tercekik. Sambungan terkena guncangan, patah ; sehingga menyebabkan perekatan kambium terputus. Yang terakhir adalah faktor alam, misalnya terjadinya hujan yang berlebihan yang menyebabkan keadaan terlalu lembab dan kekeringan yang terlalu panjang menyebabkan batang sambungan mengering.
Apabila sambungan tidak mengalami kegagalan maka proses terbentuknya sambungan diawali dengan terbentuknya lapisan nekrotik pada permukaan sambungan yang membantu menyatukan jaringan sambungan terutama didekat vaspular. Pemulihan luka dilakukan oleh sel meristematik yang terbentuk antara jaringan yang tidak terluka dengan lapisan nekrotik. Lapisan nekrotik ini kemudian menghilang dan digantikan oleh kalus yang dihasilkan oleh sel-sel parenkim.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penyambungan diantara lainya : Faktor lingkungan, misalnya waktu penyambungan pada umumnya penyambungan dilakukan pada waktu cuaca yang cerah, tidak hujan, dan tidak di bawah terik matahari. Faktor tanaman, misalnya beberapa tanaman mengalami kesukaran untuk disambungkan ke tanaman lain, karena jenis tanaman tersebut sulit membentuk kalus. Faktor pelaksanaan, keserasian bentuk potongan antara batang atas dan batang bawah perlu diperhatikan untuk mendapatkan kesesuaian letak penyatuan kambium batang atas dan batang bawah yang serasi.
E.       Kesimpulan dan Saran
1.         Kesimpulan
Dari hasil praktikum dapat ditarik beberapa kesimpulan antara lain sebagai berikut :
a.        Hasil praktikum kali ini mengalami kegagalan dikarenakan berbagai penyebab antara lain : pemilihan batang yang terlalu muda atau terlalu tua, pengikatan pada sambungan yang terlalu keras, terlalu kering atau terlalu lembab, pengikatan penutup terlalu kencang sehingga terjadi banyak pengembunan di dalamnya yang jatuh pada sambungan yang dapat menyebabkan kebusukan.
b.        Proses terjadinya sambungan yaitu sambungan diawali dengan terbentuknya lapisan nekrotik pada permukaan sambungan yang membantu menyatukan jaringan sambungan terutama di dekat berkas vaskular. Pemulihan luka dilakukan oleh sel meristematik yang terbentuk antara jaringan yang tidak terluka dengan lapisan nekrotik.
c.         Proses perlakuan menyambung adalah dengan cara menggabungkaan dua individu yang beda sifat tetapi masih satu varietas, dengan cara menempelkan tanaman bagian atas dan bawah kemudian membungkusi dengan dengan plastik, untuk mengurangi penguapan di lakukan pemotongan daun dan melakukan kontrol selama dua minggu untuk pastkan apakah tanaman hasil okulasi berhasil apa tidak, setelah berhasil maka tanaman bisa membuka plastiknya agar tanaman beradaptasi dengan lingkungan bebas serta tumbuh dan kembangnya tanaman tersebut.
d.        Pada praktikum acara IV ini pemotongan batang menggunakan pisau yang tajam dan steril, pembuangan daun untuk mengurangi penguapan, pengikatan sambungan supaya tidak terlalu kencang, pengikatan penutup seharusnya tidak terlalu kencang, kelembapan harus dijaga agar proses pembentukkan sambungan normal.
2.         Saran
Berdasarkan pengamatan tersebut saran yang dapat diberikan yaitu:
a.         Dalam proses penalian pada tanaman diusahakan talian tersebut kuat, agar harapan untuk tumbuh pada tanaman adenium itu besar.
b.        Dalam melakukan praktikum ini diharapkan praktikan memperhatikan pemotongan batang atas maupun batang bawah dengan hati-hati, karena apabila terjadi kesalahan dalam pemotongan maka presentase keberhasilan penyambungan kecil.
c.         Memelihara tanaman adenium dengan melakukan penyiraman dan penyiangan secara rutin.